Dari Pedoman Penerapan Pendekatan BCCT dalam Pendidikan Anak Usia Dini dijelaskan bahwa:

Metode pembelajaran dengan Pendekatan Beyond Centers and Circle Times (BCCT) adalah metode pembelajaran anak usia dini melalui kegiatan bermain anak dalam sentra-sentra bermain dan saat-saat lingkaran. Pendekatan BCCT mendasarkan pada asumsi bahwa anak belajar melalui kegiatan bermain dengan benda-benda dan orang-orang disekitarnya (lingkungan biotik dan abiotik). Dalam kegiatan bermain, anak berinteraksi dengan lingkungannya, pengalaman bermain yang tepat dapat mengoptimalkan seluruh aspek tumbuh kembang anak, baik fisik, emosi, kognisi maupun sosial anak. Kegiatan bermain anak tersebut antara lain melalui tiga jenis kegiatan bermain yaitu main sensorimotor, main pembangunan dan main peran atau main simbolik

Main sensorimotor dijelaskan oleh Jean Piaget dan Sara Smilansky (1968) yang menyatakan bahwa anak usia dini belajar melalui kegiatan bermain dengan menggunakan panca indranya dan melalui hubungan fisik dengan lingkungan mereka. Kebutuhan sensorimotor anak didukung ketika pada mereka disediakan kesempatan untuk berhubungan dengan bermacam-macam bahan dan alat permainan, baik di dalam maupun diluar ruangan. Kegiatan bergerak secara bebas, bermain di halaman, dilantai atau dimeja dengan kursi, menyediakan banyak kesempatan untuk berhubungan dengan banyak tekstur dan berbagai jenis bahan mainan yang berbeda akan mendukung setiap kebutuhan perkembangan anak. Pengalaman main sensorimotor pada anak usia dini merupakan rangsangan untuk mendukung proses kerja otak dalam mengelola informasi yang didapatkan anak dari lingkungan saat bermain, baik bermain dengan badannya ataupun dengan berbagai benda disekitarnya.

Main pembangunan dibahas oleh Jean Piaget (1962), Sara Smilansky (1968), dan Charles and Mary Wolfgang (1992). Jean Piaget menyatakan bahwa kesempatan main pembangunan membantu anak untuk mengembangkan keterampilan yang akan mendukung keberhasilan sekolahnya kelak. Dr. Charles Wolfgang dalam bukunya yang berjudul School for Young Children, menjelaskan suatu tahap yang berkesinambungan dari bahan yang paling cair atau messy seperti air, ke yang paling terstruktur seperti puzzle dan balok. Cat, crayon, spidol, playdough, air, pasir dianggap sebagai bahan main pembangunan sifat cair atau bahan alam. Sedangkan balok unit, leggo, balok berongga, bristle blocks, puzzle dan lainnya yang sejenis yang ditentukan dan mengarahkan bagaimana anak meletakkan bahan-bahan tersebut secara bersama menjadi sebuah karya, dianggap sebagai bahan main pembangunan yang terstruktur. Anak dapat mengekspresikan dalam bahan-bahan ini dengan mengembangkannya dari proses bermain sensorimotor pada usia di bawah tiga tahun ke tahap main simbolik pada anak usia 3 sampai 6 tahun yang dapat terlihat dalam hubungan kerjasama dengan anak lainnya dalam menciptakan karya nyata.

Erik H. Erikson menjelaskan bahwa anak menyusun pengalaman dengan membuat suatu keadaan yang semestinya dan menguasai kenyataan melalui ujicoba dan perencanaan di dalamnya. Dalam keadaan yang ia buat sendiri, anak memperbaiki kesalahannya dan memperkuat harapan-harapannya. Anak mengantisipasi keadaan-keadaan masa depan melalui ujicoba-ujicoba. Selanjutnya Erikson menjelaskan bahwa ada dua jenis main peran yaitu main peran mikro dan main peran makro. Selama tahap awal main peran, anak melakukan percobaan dengan bahan dan peran. Sebagai contoh, anak memakai baju dan melepaskannya, mendorong gerobak dan kereta barang, membawa boneka bayi mengelilingi ruangan sambil bernyanyi, membuka dan menutup lemari, mengisi dan membongkar mainannya dan sebagainya. Saat anak berkembang melalui pengalaman main peran, mereka juga “memeriksa egonya” belajar menghadapi pertentangan emosinya, memperkuat dirinya sendiri untuk masa depan, menciptakan kembali masa lalunya dan mengembangkan keterampilan khayalan. Tujuan akhir main peran adalah belajar bermain dan bekerja dengan orang lain. Hal ini merupakan latihan untuk pengalaman-pengalamannya di dunia nyata selanjutnya.

Main peran mikro adalah kegiatan bermain peran/role play dengan menggunakan bahan-bahan main berukuran kecil seperti rumah boneka lengkap dengan perabotnya dan orang-orangan sehingga anak dapat memainkannya, atau rangkaian kereta api dengan rel dan jalan dengan mobil, lapangan pesawat udara, kebun binatang dan orang-orang kemudian anak memainkannya lengkap dengan scenario yang biasanya disusun seketika dan dimainkannya bersama teman-temannya dalam satu session. Sedangkan main peran makro adalah main peran sesungguhnya dengan alat-alat permainan berukuran sesungguhnya dan anak dapat menggunakannya untuk menciptakan dan memainkan peran-peran, misalnya main dokter-dokteran maka alat permainan yang digunakan antara lain stetoskop mainan ukuran besar, replica jarum suntik, buku resep dan ballpoint, meja pendaftaran, petugas pendaftar, perawat yang membantu dokter, kamar periksa dan sebagainya yang semuanya dalam ukuran besar dan dapat dipergunakan seperti kegiatan sesungguhnya. Atau dalam skala besar misalnya kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, ada alat-alat rumah tangga, ruang tamu, ruang makan, kamar tidur, meja belajar, garasi dan sebagainya dan anak-anak ada yang berperan sebagai Bapak, Ibu, kakak, adik dan sebagainya.

Anak merupakan generasi penerus bangsa yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat alami. Dari generasi ke generasi masyarakat suatu bangsa akan mengalami pertumbuhan yang berbeda dimana kualitas masyarakatnya akan ditentukan oleh pengalaman dan pembelajaran yang diperoleh dan dimilikinya baik secara formal maupun non formal.

Masyarakat yang memperoleh pengalaman dan pembelajaran yang berkualitas tentu saja akan menjadikan generasi yang berkualitas pula, begitu juga sebaliknya. Salah satu indikator yang menentukan kualitas suatu generasi masyarakat ditentukan oleh pendidikan yang diperoleh baik itu melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

Peletakan dasar untuk pengembangan pikir dan kepribadian anak sangat ditentukan oleh proses pembelajaran yang diberikan oleh orang tua sejak anak-anak masih berusia pra sekolah 0 hingga 6 tahun.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) menempati posisi yang sangat strategis dalam penyiapan Sumberdaya Manusia masa depan. Selain perkembangan intelektual terjadi amat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak, berbagai kajian juga menyimpulkan bahwa pembentukan karakter manusia juga pada fase usia dini (Modul Kegiatan PAUD Non Formal, 2008)

Masa-masa pada rentang usia dini merupakan masa emas dimana perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosional, bahasa dan sosial berlangsung dengan sangat cepat.Bahkan perkembangan intelektual anak berlangsung sebelum anak berusia 4 tahun.Sehingga peningkatan kualitas anak usia dini perlu diupayakan semaksimal mungkin , mengingat optimalisasi kualitas manusia harus memiliki dasar-dasar yang kuat sejak dari awal kehidupan.

Proses pembelajaran PAUD bukanlah proses belajar mengajar seperti yang diselenggarakan di sekolah, namun lebih ditekankan sebagai tempat bermain, tempat dimana anak mulai mengenal orang lain, tempat untuk berkreasi dibawah asuhan dan bimbingan orang tua. Pengembangan kepribadian dan kecerdasan yang sebenarnya telah dimiliki oleh setiap anak merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran di PAUD.

Oleh sebab itu proses pembelajaran di PAUD harus benar-benar memperhatikan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak karena hal ini akan menentukan masa depannya. Peletakan dasar kepribadian, pengembangan, dan pembentukan kepribadian anak tergantung pada awalnya ketika anak tersebut memperoleh pengalaman pertamanya dalam proses pembelajaran yang dialaminya. Proses pembelajaran kreatif dengan memberikan rangsangan belajar bagi anak sesuai dengan kecerdasan yang dimilikinya akan sangat menentukan masa depan anak.

(dikutip dari http://bappeda.slemankab.go.id)

Pelaksanaan PAUD diselenggarakan dengan memberikan fasilitas belajar yang sesuai dengan tingkat berpikir anak.Proses belajar pada PAUD ditekankan pada pengembangan proses berpikir dan proses berkreasi yang sesuai dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh anak.

Masih menurut Indonesia Heritage Foundation, ada 9 pilar karakter yang harus ditumbuhkan dalam diri anak:
1. Cinta Allah, segenap ciptaanNya
2. Kemandirian ,tanggung jawab
3. Kejujuran, bijaksana
4. Hormat, santun
5. Dermawan, suka menolong, gotong royong
6. Percaya diri, kreatif, bekerja keras
7. Kepemimpinan, keadilan
8. Baik hati, rendah hati
9. Toleransi, Kedamaian, kesatuan

Akhlak yang paling istimewa dalam Islam dan menjadi perhatian utama Ikhwanul Muslimin adalah kebersihan hati; bersih dari kebencian, kedengkian dan iri hati, yang itu merupakan salah satu akhlak penghuni surga. Allah berfirman:

وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ

“Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan”. (Al-Hijr:47)

Dan tidak ada jalan lain untuk selamat disisi Allah kecuali dengannya. Allah berfirman:

وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ . يَوْمَ لاَ يَنْفَعُ مَالٌ وَلاَ بَنُونَ . إِلاَّ مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”. (As-Syu’ara:87-89)

Dan juga menjadi sebab dalam persahabatan kita dengan nabi saw di dalam surga –Insya Allah-, karena itu nabi saw telah mewasiatkan kepada Anas bin Malik ra, beliau berkata;

يَا بُنَيَّ، إِنْ قَدَرْتَ أَنْ تُصْبِحَ وَتُمْسِىَ لَيْسَ فِي قَلْبِكَ غِشٌّ لأَحَدٍ فَافْعَلْ.. يَا بُنَيَّ وَذَلِكَ مِنْ سُنَّتِي، وَمَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي، وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ

“Wahai anakku, jika engkau mampu masuk waktu pagi dan sore dan tidak ada di dalam hatimu kebencian kepada siapapun maka lakukanlah.. wahai anakku itulah bagian dari sunnahku, dan barangsiapa yang menghidupkan sunnah maka ia telah mencintaiku, dan barangsiapa yang mencintaiku maka ia akan bersamanya di dalam surga”. (Tirmidzi)

Dengan demikian, orang-orang yang beriman senantiasa memohon kepada Allah agar senantiasa diberikan petunjuk untuk memiliki salamatus shadr (kebersihan hati), sebagaimana firman Allah:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (Al-Hasyr:10)

Karena itu pula, Ikhwanul Muslimin berusaha mentarbiyah diri mereka sesuai dengan nilai-nilai ini, dan Imam Hasan Al-Banna mengungkapkan bahwa derajat cinta paling rendah adalah kebersihan hati dan tingkatan tertinggi adalah itsar ( mengutamakan kepentingan orang lain). Sebagaimana Allah berfirman:

وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”. Al-hasyr:9)

Kebersihan hati merupakan ciri ahlul iman

Nabi saw mensifati seorang mukmin dengan kebersihan hati, beliau bersabda:

الْمُؤْمِنُ غِرٌّ كَرِيمٌ، وَالْفَاجِرُ خِبٌّ لَئِيم

“Seorang mukmin adalah seorang yang memiliki hati yang mulia, dan orang yang jahat adalah dengki lagi hina” (Abu Daud dan Tirmidzi)

Maksudnya adalah bahwa jiwa orang beriman yang terpuji adalah yang senantiasa berada dalam kebaikan, acuh terhadap kejahatan dan makar, tidak ingin mencari-cari dan sibuk dengannya. Ketika nabi saw ditanya:

أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: “كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ”، قَالُوا: صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ، فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ؟ قَالَ: “هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ، لاَ إِثْمَ فِيهِ وَلاَ بَغْيَ وَلاَ غِلَّ وَلاَ حَسَدَ

“Apa ciri manusia terbaik? Beliau menjawab: semua orang yang hatinya bertaqwa dan benar lisannya, mereka berkata: jika mengenai lisan kami memahaminya, lalu apa yang dimaksud dengan bersih hatinya? Beliau menjawab: Ia adalah yang bertaqwa dan bersih, tidak dosa, tidak kezhaliman di dalamnya, dan tidak ada pula iri dan dengki serta benci”. (Ibnu Majah)

Bukanlah yang dimaksud dengan bersih hatinya pada orang beriman yang lalai dan bodoh, namun kemuliaan dan kebaikan akhlak; hal itu karena seorang mukmin menyadari bahwa yang demikian merupakan jalan menuju kemenangan dan keberuntungan. Sebagaimana nabi saw pernah bersabda:

:“قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَخْلَصَ قَلْبَهُ لِلإِيمَانِ، وَجَعَلَ قَلْبَهُ سَلِيمًا، وَلِسَانَهُ صَادِقًا، وَنَفْسَهُ مُطْمَئِنَّةً، وَخَلِيقَتَهُ مُسْتَقِيمَةً

“Sungguh beruntung orang yang murni hatinya pada keimanan, senantiasa menjadikan hatinya bersih, lisan yang benar, jiwa yang tenang dan akhlak yang lurus”. (Ahmad)

Ketika nabi saw menyebutkan tiga kali seseorang yang muncul dihadapan para sahabat bahwa dia adalah calon penghuni surga, lalu diikuti oleh Abdullah bin Amru ra, dan beliau tidak mendapati darinya perbuatan yang istimewa dari berbagai ketaatan namun hanya seperti layaknyanya kebanyakan manusia, dan beliau terheran akan hal tersebut, namun orang tersebut akhirnya berkata:

مَا هُوَ إِلاَّ مَا رَأَيْتَ، غَيْرَ أَنِّي لاَ أَجِدُ فِي نَفْسِي لأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ غِشًّا، وَلاَ أَحْسُدُ أَحَدًا عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللَّهُ إِيَّاهُ”، فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ: “هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ، وَهِيَ الَّتِي لاَ نُطِيقُ

“Tidak ada yang istimewa seperti yang anda lihat, namun saya tidak mau terdapat dalam diri ini kebencian pada seorangpun dari umat Islam, tidak ada hasad (iri) kepada seorangpun atas kebaikan (rezki) yang Allah berikan kepadanya. Lalu Abdullah berkata: Inilah yang telah menempatkan dirimu padanya dan itu pula yang kami tidak sanggup melakukannya”. (Ahmad)

ولما بشَّر النبي صلى الله عليه وسلم عبد الله بن سَلام رضي الله عنه بأنه من أهل الجنة، قالوا له: أخبرنا بأوثق عملك في نفسك ترجو به؟ قال: “إِنِّي لَضَعِيفٌ، وَإِنَّ أَوْثَقَ مَا أَرْجُو بِهِ سَلَامَةُ الصَّدْرِ، وتَرْكُ مَا لَا يَعْنِينِي

“Ketika nabi saw memberikan kabar gembira kepada Abdullah bin Salam bahwa beliau adalah calon penghuni surge, maka para sahabat berkata kepadanya: beritahukan kepada kami perbuatan yang menjadikan dirimu yakin berharap dengannya, maka beliau menjawab: saya adalah makhluk lemah, namun harapan saya yang paling kuat adalah kebersihan hati dan meninggalkan sesuatu yang tidak berguna”. (Ibnu Abi dunya dalam bab As-shumtu)

ودخلوا على أبي دجانة رضي الله عنه وهو مريض، ووجهه يتهلل، فسألوه عن ذلك؟ قال: “مَا مِنْ عَمَلِ شَيْءٍ أَوْثَقُ عِنْدِي مِنَ اثْنَتَيْنِ؛ أَمَّا إِحْدَاهُمَا: فَكُنْتُ لَا أَتَكَلَّمُ بِمَا لَا يَعْنِينِي، وَأَمَّا الْأُخْرَى: فَكَانَ قَلْبِي لِلْمُسْلِمِينَ سَلِيمًا

Ketika mereka masuk ke rumah Abu Dujanah dalam keadaan sakit sementara wajahnya tetap bertahlil. Lalu mereka bertanya akan hal tersebut? Beliau berkata: tidak ada perbuatan yang kuat menurutnya kecuali dua: yang pertama adalah bahwa aku tidak berbicara pada sesuatu yang tidak bermanfaat, sedangkan kedua adalah berusaha menjaga kebersihan hati dari umat Islam lainnya”. (Al-Jami’, ibnu Wahab)

Kebersihan hati umat Islam akan dapat memberikan buah yang baik pada jiwa, mencerahkan wajah dan keinginan yang baik bagi setiap orang serta dapat menumbuhkan kasih sayang, cinta kasih dan berbaik sangka, sebagaimana akan memberikan ketenangan hati dan cinta kepada makhluk lainnya. Dan karena itulah mereka berambisi untuk mencapainya dan mengajak umat kepadanya.

Akibat tidaknya adanya kebersihan hati

Jika hati tidak bersih maka akan muncul akhlak yang buruk dan penuh dengki, yang dapat menjadi panghalang turunnya ampunan dan kasih sayang, Nabi saw pernah bersabda:

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا

“Pintu-pintu langit dibuka pada hari senin dan kamis, maka Allah SWT akan memberikan ampunan bagi hamba yang tidak mensyirikkan Allah, kecuali seseorang antara dirinya dan saudaranya ada benci. Lalu dikatakan: lihatlah dua orang tersebut sampai keduanya berbaikan, lihatlah dua orang tersebut sampai keduanya berbaikan, lihatlah dua orang tersebut sampai keduanya berbaikan”. (Muslim)

Merajalelanya makar dan hampanya kebersihan hati; merupakan penyebab turunnya azab atas umat manusia.

أَفَأَمِنَ الَّذِينَ مَكَرُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ يَخْسِفَ اللَّهُ بِهِمُ الْأَرْضَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ . أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِي تَقَلُّبِهِمْ فَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ . أَوْ يَأْخُذَهُمْ عَلَى تَخَوُّفٍ فَإِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

“Maka Apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari, atau Allah mengazab mereka diwaktu mereka dalam perjalanan, Maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu), atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). Maka Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”. (An-Nahl:45-47)

Diantara tanda-tanda kebersihan hati adalah tidak berburuk sangka pada sesama muslim

Diantara taujihat Umar adalah:

ضع أمرَ أخيك على أحسنِه ما لم يأتِكَ ما يغلبُك، ولا تظنَّنَّ بكلمةٍ خرجتْ من أخيك المؤمن شرًّا، وأنت تجد لها في الخير محملاً

“Letakkanlah urusan saudaramu sebaik-baiknya sebelum memberikan sesuatu yang dapat mengalahkanmu, janganlah menganggap ungkapan yang keluar dari saudaramu seiman adalah buruk, sementara anda mendapatkan kebaikan yang harus diemban”.

Sebagian salaf berkata:

إذا بلغك عن أخيك شيء تكرهه فالتمس له العذر جهدك، فإن لم تجد له عذرًا فقل: لعلَّ لأخي عذرًا لا أعلمه

“Jika terdapat pada diri saudaramu sesuatu yang kamu membecinya maka cobalah cari alasan semampumu, jika engkau tidak mendapatkan alasan maka katakanlah: mudah-mudahan saudaraku memiliki alasan yang tidak saya ketahui”.

Imam Al-Ghazali berkata:

مَهْمَا رَأَيْتَ إنْسَانًا يُسِيءُ الظَّنَّ بِالنَّاسِ طَالِبًا لِلْعُيُوبِ؛ فَاعْلَمْ أَنَّهُ خَبِيثٌ فِي الْبَاطِنِ، وَأَنَّ مَا يَرَى فِي غَيْرِهِ هُوَ مَا فِي نَفْسِهِ، وَالْمُؤْمِنُ يَطْلُبُ الْمَعَاذِيرَ، وَالْمُنَافِقُ يَطْلُبُ الْعُيُوبَ، وَالْمُؤْمِنُ سَلِيمُ الصَّدْرِ فِي حَقِّ الْكَافَّةِ

“Jika anda melihat seseorang berburuk sangka pada manusia lainnya dan mencari-cari aib orang; maka ketahuilah bahwa itu merupakan keburukan yang terdapat dalam jiwa, dan apa yang dilihat orang lain seperti itu, sementara orang beriman selalu mencari untuk memberikan berbagai alasan, sementara itu orang munafik akan senantiasa mencari-cari aib adapun orang beriman senantiasa menjaga kebersihan hati terhadap hak semua pihak”.

Dan karena besarnya perhatian Nabi saw akan kebersihan hati bagi umat Islam maka beliau menolak berita dari seseorang yang disampaikan kepadanya dengan menjelekkan salah seorang dari sahabatnya, lalu beliau bersabda:

لاَ يُبَلِّغْنِي أَحَدٌ مِنْ أَصْحَابِي عَنْ أَحَدٍ شَيْئًا، فَإِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَخْرُجَ إِلَيْكُمْ وَأَنَا سَلِيمُ الصَّدْرِ

“Janganlah ada yang menyampaikan kepada saya seorangpun dari sahabat saya tentang seseorang sesuatu apapun, karena saya senang ketika keluar dari kalian sementara hati saya bersih”. (Abu Daud dan Tirmidzi)

Duhai sungguh celaka orang yang senantiasa mencari-cari kesalahan, senang dengan ketergelinciran, mendapatkan orang yang bersih suatu aib dengan buruk sangka; tidakkah mereka memahami manhaj ini lalu berbaik sangka kepada Ikhwan, menghindari diri dari penafsiran keliru dan buruk kepada sebagian keluar dari mereka, terhadap apa yang tidak terbetik sedikitpun dalam hati seseorang.

Dengan kebersiahn hati akan menyampaikan orang-orang baik dan perbaiakn apa yang mereka dapat capai dari berbagai derajat kedekatan diri kepada Allah, tidak hanya banyak dalam puasa dan shalat karena yang lebih utama adalah kebersihan hati. Dan apa yang diberikan kesadaran oleh Abu Bakar terhadap para sahabat Nabi Muhammad saw bukan karena puasa dan shalatnya namun dengan sesuatu yang ada di dalam hatinya.

Karena itu sebaik-baik perbuatan setelah iman adalah kebersihan hati.

Macam-Macam Mahabbah (Kecintaan)

Ada empat macam kecintaan, berikut ini adalah penjelasan dan status kebolehannya dalam menempati hati kita:

1) Mahabatullah (cinta kepada Allah), adalah dasar utama keimanan.

2) Al-mahabbah fillah (cinta karena Allah), yaitu loyalitas kepada kaum mukminin dan mencintai mereka secara global. Adapun secara individu di antara mereka, masing-masing dicintai sesuai dengan kadar kedekatan dan ketaatannya kepada Allah, dan kecintaan ini hukumnya wajib.

3) Mahabbah ma’allah (kecintaan bersama Allah), yaitu mencintai selain Allah dalam kecintaan yang wajib sama seperti mencintai Allah, seperti kecintaan kaum musyirikin terhadap berhala berhala mereka. Kecintaan seperti ini adalah pokok syirik.

4) Mahabbah thabi’iyyah (kecintaan yang wajar), seperti mencintai kedua orang tua, anak-anak, mencintai makanan dan lainnya, kecintaan ini adalah boleh.

(Sumber: Tafsir Al-’Usyr Al-Akhir dari Al’Qur’an Al Karim Disertai Hukum-Hukum Penting Bagi Seorang Muslim)

Agar menjadi mukmin sejati:
1. Berorientasi Selalu mencari Ridha-Nya
2. Menjauhi Sumber Bencana
3. Tidak bersahabat dengan teman yang buruk.



Lusia Syafaryuni, S.T.,S.Pd
Lahir di pacitan 10 april 1972.
Istri dari R.Purnomo SE, ST
Putra 3 orang . Pendidikan terakhir teknik lingkungan ITS 98 dan S1 pendidikan Matematika tahun 2002.
Kesibukan sekarang mengelola lembaga pendidikan Anak Usia Dini “tawwakal “ dengan jumlah siswa 82 anak. Lokasi lembaga nebeng di kompleks masjid Adduways Ali khamis Al Khaily di jalan raya Lorok KM 1.

RT 15 RW 07 Desa Ngadirojo Kab, Pacitan Jawa Timur 63572
Email: lusiasyafaryuni@gmail.com
No. Telp. 0357-441177